Diskusi selepas Syuro'

kecerdasan otak terasah lewat diskusi. mungkin itu yang terjadi. tapi sayang saya jarang diskusi!
kemarin, tepatnya sabtu jam 10an, saya syuro' media lagi. sebenarnya saya tidak diundang. tapi berhubung saya ketemu mas suly di sekre bem mipa, saya diminta untuk ngancani ~menemani~ achruddin syuro itu. "kasihan syuro' sendiri" kata mas suly.
ya, dan sayapun meluncur ke NH. disana eh, sudah selesai syuro'nya. tapi disinilah yang menarik... sebelum selesai akhwat menyampaikan bahwa seharusnya ada taushiyah sebelum syuro ditutup. tapi berhubung akhwat yang dapat jatah taushiyah tidak datang, jadi achruddin yang memberi taushiyah!
Sebernarnya sudah ditawarkan di akhwat, tapi akhwatnya menolak dan bahkan "kalo' gitu nggak usah ada taushiyah aja akh.". akhirnya ackruddin mengalah memberikan taushiyah. beliau cerita tentang perang uhud yang sejatinya mengabil ibroh dari mekanisme syuro' disana. tapi dari akhwat ~keliatannnya~ ada yang merasa tersindir atau gimana gitu. akhwat counter tanya, "lha kalau ternyata dalam syuro' itu ternyata ada yang belum tersampaikan, dan salah satu orang yang melaksanakan hasil syuro' itu mengambil tindakan sendiri gimana? trus udah gitu kalau ternyata keputusan yang diambil secara pribadi oleh seseorang itu malah menjadikan sesuatu yang disyuro'kan lebih baik gimana? apa harus ada konsekwensi?"
kurang lebih seperti itu. atau mungkin itu yang saya tangkap. akhirnya malah terjadi diskusi disana. saling tanya, saling menyerang! atau hanya perasaan saya saja?
dan saya yang semenjak datang diam saja akhirnya ikut bicara. karena perasaan, dari tadi keadaan nggak jadi dingin malah tambah panas! wah, berat ini. saya bilang, "Saya boleh ikutan ya? gini, analogi saya, misalnya ada seseorang yang sakit, terus obat yang harus dimakan adalah 'Daging Babi' agar orang itu sembuh. walaupun daging babi itu membuat membuat penyakit sembuh dan juga ada yang berpendapat untuk hal yang sifatnya dhorurot mengkonsumsi sesuatu yang halal diperbolehkan, apakah akan dengan demikian akan menjadikan dzatnnya (daging babi) halal?". dan apa yang terjadi...
Ternyata saya malah memperburuk keadaan!
ya tidak terlalu memperburuk sih, simak saja jawaban akhwat yang intinya "menurut saya, melakukan sesuatu asalkan tidak menyalahi syariat itu sah sah saja ~no what what, alias tidak apa apa~"!
waduh, runyam ini. nadanya juga ndak enak didengar lagi... Padahal maksud saya bukan masalah boleh atau tidaknya. tapi pertanyaan saya tadi mengarah kepada "TEKNIS" dan "PROSES" dari suatu persoalan. juga bukan boleh tidaknya. tapi tentang afdhol tidaknya. apakah baik, atau kurang baik.
saya kira, walau hasilnya lebih baik, tetapi dengan cara yang kurang baik. akan menjadikan system berjalan dengan kurang baik! tidak sempurna! karena saya menilai dari system itu sendiri. bukan dari konsekuensi dari orang yang melakukan tidak sesuai dengan system! saya hanya ingin bilang, ya tidak apa apa, hanya saja systemnya jadi kurang baik karena perubahan yang dilakukan scara sepihak, ibarat kata pepatah ~karena nila setitik rusaklah susu sebelanga, pas nggak ya ungkapan ini pada kasus seperti ini?~. dan ini banyak akibatnya. coba pikirkan sendiri apa akibatnya. saya males nulis disini.
ini mungkin kalau kebanyakan diskusi... jadi pinter. pinter ngomong! ah, entahlah... tapi dengan diskusi otak juga terasah kok.
Astaghfirullah... ya Allah...
ampunilah hambamu yang lemah ini...
