Mumtaz VS Mentas

Astaghfirullah… sudah dua hari ujian di pesma Ar-Rayyan aku nggak bisa nggarap. Kemarin, bahasa arab dari 5 nomor Cuma bisa ngerjakan 2 nomer :-(. Tadi Pagi, Ulumul hadits dari 3 soal Cuma bisa ngerjakan 2 soal, itupun yang satu belum tentu bener, coz aku nggak yakin gitu… Mentas-lah aku huhu…
Padahal pengennya Mumtaz! Tapi hanya bisa Mentas! Habis kebanjiran yo mentas!(orang luar jawa nggak mudeng mentas to?). biarlah hanya orang jawa tengah saja yang tau…
Penyesalan Memang selalu datng belakangan kalau sudah Mentas. Padahal bisa dapat A! tapi dapetnya C… hadoh… ya mungkin ikhtiarnya kurang? Harus ditingkatkan semester depan biar dapat Mumtaz alias A!
Mumtaz dan Mentas sebenarnya ada persamaannya juga sih… sama sama dirasakan Belakangan. Tapi khusus Mumtaz bisa dirasakan ketika sedang berproses. Puas dengan yang dilakukannya, karena dia berusaha untuk mumtaz.
Tapi orang sekarang sudah Mentas saja sudah seneng banget… ya alasannya susah. Sama seperti aku… sering seperti itu. Padahal kata Orang bijak, itu kurang baik lho… karena tidak memotivasi untuk menjadi lebih baik. Seharusnya memang harus selalu bersyukur, tapi ikhtiar dikencengi untuk mendapat hasil yang Optimal, selalu meningkatkan prestasi itu juga sebuah rasa syukur. Gitu katanya…
Kalau kata Allah…
"…Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"(QS Ibrahim:7)
Mentas sebenarnya adalah alternatif terakhir… tapi ya… semoga kita bisa Mumtaz…
